Friday, July 22, 2011

Beberapa informasi tentang Jamsostek

Informasi yang saya posting ini merupakan pendapat dari praktisi HRD Bapak Gunawan Wicaksono....
Berikut pendapat beliau tentang Jmsostek yang saya rasa sangat menambah wawasan saya....

Salam rekan ……...
Banyak rekan rekan yang menanyakan tentang JPK, JM dan JHT.
Menurut saya, program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Jamsostek sudah bagus plus sangat murah.
Sedang Jaminan Kematian, bila kematian karena kecelakaan kerja/penyakit kerja, sudah besar jumlah santunannya. Namun untuk kematian normal, masih relatif kecil.
Sedang yang agak besar iurannya (Jaminan Hari Tua) malah kurang bagus pengembangannya (max 11% dipotong inflasi +/- 6% maka nett hanya 5% pertahun).

Namun jangan salahkan Jamsostek. Sebab, memang Undang Undang yang membatasi Jamsostek memasukkan dananya ke Reksanada yang bagus pergembangan investasinya(rata rata bisa 45% pertahun).
Ada alasannya juga, karena dana JHT itu biasanya diambil (ditarik) oleh karyawan yang di PHK pada saat ekonomi krisis. Padahal, bila dana 100 trilyun Jamsostek ditaruh di Reksadana, maka pas ekonomi turun, maka nilai reksadana juga turun. Kan bahaya. Contohnya, Jamsostek naruh dana 100 trilyun di reksadana. Pas ekonomi turun, nilai reksadana turun dari 100 triyun ke 75 trilyun. Padahal, pas jaman sulit begitu, pasti banyak karyawan yang di-PHK, konsekuensinya banyak karyawan yang mencairikan danaJHT. Nah, pas banyak-banyaknya karyawan yang mencairkann JHT, pas dananya turun di reksadana. Ini bahaya yang diantisipasi pemerintah sehingga membatasi dana 100 trilyun yang dimiliki Jamsostek hanya boleh max 20% nya saja yang ditaruh di reksadana. Padahal kita tahu, untuk jangka menengah panjang, penempatan di reksadana yang paling bagus, paling tinggi tingkat pengembangannya. Sedang sisanya yang 80% di deposito/obligasi yang relative lebih aman dan terjamin namun relative rendah pengembangannya – hanya 6 – 8% per tahun. Kombinasi dari penempatan 80% dana di deposito/obligasi yang aman-terjamin-namun relative rendah pengembangan investasinya dan penempatan 20% dana di reksadana yang lebih berisiko tapi tinggi pengembangan investasinya ini yang menghasilkan rata rata pengembangan JHT sebesar 11% per tahun. Begitu ceritanya yang saya ketahui .... Pihak Jamsostek bisa memberikan penjelasan yang lebih detil lagi.

OK, mengenai JHT Jamsostek, secara aturan tidak boleh berhenti. Harus ikut terus. Program Jamsostek yang wajib diikuti : JHT (Jaminan Hari Tua), JK (Jaminan Kematian) dan JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja).
Sedang JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) boleh mengambil selain Jamsostek --- walau pastinya jauh lebih mahal dari Jamsostek. Jadi intinya, program JHT yang menurut saya kurang bagus tetap tidak boleh diberhentikan (tetap wajib ikut).

Sebenarnya, saran saya, dana dari asuransi kesehatan lain lah yang sebaiknya dialihkan ke program Worksite asuransi. Karena di program worksite ini juga mencakup kesehatan, kematian dan dana pensiun. Lumayan Lengkap sebagai pelengkap Jamsostek. Daripada mengambil asuransi kesehatan yang hanya mengcover kesehatan saja dan --biasanya-- hilang / hangus begitu saja bila tidak ada klaim. Juga asuransi kesehatan hanya meng-cover per satu orang saja. Misal Rp 80 ribu per bulan perorang. Bila karyawan sudah menikah, maka harus ada tambahan biaya 1 lagi Rp 80.000, belum kalau nanti punya anak 1. Jatuhnya mahal sekali. Sekitar Rp 400 ribu untuk 1 keluarga karyawan dengan 5 anggota keluarga. Bandingkan dengan Jamsostek yang hanya Rp 60 ribu sudah meng-cover 5 orang anggota keluarga. Sangat menguntungkan sekali.
Jadi, maksimalkan manfaat Jaminan Kesehatan di Jamsostek yang memang murah namun agak relative kurang layanannya. Saran saya tambah dengan santunan dari Worksiteasuransi. Nanti saya bantu meminta pihak Jamsostek untuk memberikan penjelasan tentang memaksimalkan / mengoptimalkan manfaat dari layanan Jamsostek. Kalau tahu programnya dan tahu prosedurnya, Jamsostek cukup bagus kok. Sebanding dengan preminya yang relative murah. Tentu, kalau perusahaan ada dana lebih PLUS di support dengan tambahan dari worksite asuransi.

Sebagai contoh ; layanan rawat inap Jamsostek. Hanya dilayani di kelas II di RS Pemerintah (biasanya kelas dengan layanan nomor 2 dari bawah), Namun peserta Jamsostek bisa meminta kenaikan level ke kelas yang lebih tinggi. Missal kelas VIP. Selisih biayanya tentu ditanggung oleh karyawan. Selisih biaya ini dapat diambil dari santunan yang diberikan oleh worksite asuransi. Dan perlu diingat, worksite asuransi juga meng-cover santunan kematian dan pengembangan investasi. Lengkap. Dan perlu diingat : biaya Santunan Kematian, pesangon, uang pisah atau dana pension sesuai UU Ketenagakerjaan angkanya sangat besar lho bila harus disiapkan sendiri oleh perusahaan. Maka alihkan dan siapkan dari dini dengan menggunakan worksite asuransi.

Untuk JHT memang bisa di stop lalu pindah ke program layanan kesehatan lain. Tapi sejauh yang saya ketahui, biaya asuransi kesehatan lain jauh jauh lebih mahal dari Jamsostek.
Sehingga pertanyaannya yang muncul :
Mengapa akan menghentikan JHT (Kesehatan) Jamsostek?
Apakah sudah ada yang lebih bagus dan tidak terlalu mahal?

Kenapa saya tanyakan hal ini ?
Karena --jujur saja sebagai HRD-- saya menilai fasilitas JHT (kesehatan) Jamsostek ini yang paling murah dan lumayan bagus (relative karena preminya juga murah).
Bayangkan, untuk karyawan lajang biayanya hanya 30 ribu. Untuk yang sudah menikah (dengan istri, suami dan 3 anak ---- 5 orang), iuran JHT untuk karyawan berkeluarga hanya Rp 60 ribu sudah meng-cover 5 orang.
Juga bila ikut Jamsostek tidak akan dilihat status kesehatannya. Jadi karyawan yang sudah sakit diabetes misalnya, maka tetap dilayani pengobatan diabetesnya. Sebatas obat dan layanannya masuk dalam daftar yang di-cover oleh Jamsostek. Kalau perusahaan asuransi yang lain, pasti tidak dicover atau ada masa tunggu (tidak di-cover selama 1 tahun pertama) atau malah ditolak untuk mengambil asuransi tersebut. Karena memang diabetes yang dimilikinya tersebut sudah merupakan penyakit sejak lama. Setahu saya, di asuransi manapun, bila seseorang sudah terkena diabetes, maka tidak akan diterima sebagai peserta suransi tersebut. Namun di Jamsostek, masih dilayani sebatas obat dan layanannya masuk di daftar yang di-cover Jamsostek. Hanya penyakit kelas berat seperti kanker, gagal ginjal, dll yang tidak di-cover oleh Jamsostek.
Juga asuransi kesehatan, UMUMNYA-- tidak ada fasilitas melahirkan (tidak diganti biaya rumah sakitnya untuk melhirkan)
Kalau di Jamsostek untuk kelahiran normal 500 ribu. Dan 1,2 juta untuk caesar berdasarkan perintah dokter.
Juga ada layanan kacamata dan gigi/mata palsu dan alat dengar. Juga imunisasi standard. Jadi, mengapa keluar dari JHT ??


Menurut saya, Jamsostek itu hanya kurang di :
Fasilitas rawat inap --- karena hanya dapat kelas II di RS Pemerintah. Jadi perlu tambahan yang lain untuk bisa naik kelas layanan kamarnya.
Untuk penyakit kritis (kanker, stroke, dll.) tidak ditangggung klaimnya. Jadi perlu tambahan manfaat penyakit kritis
Santunan kematian NORMAL sangat kecil dibandingkan dengan kewajiban perusahaan membayar santunan kematian kepada akhli waris sesuai dengan UU Ketenagakerjaan
Jaminan Hari Tua (JHT) di Jamsostek masih relatif kecil. Sedang di asuransi unit link, bisa lumayan besar hasil investasinya ---- sebagai dana uang pisah, pesangon atau pensiun

Wasalam
Gunawan


Salam hangat
Wah kebetulan sekali ada rekan yang bertanya tentang hal ini
Ini sebenarnya yang mau saya sharing karena hal ini cukup memberatkan cash flow keuangan perusahaan bila muncul kejadiannya.
Saya baru saja ketemu dengan Manager Pemasaran Jamsostek Bali I dan Bapak I Nengah Subagia, SH, MH (Kabid Pengawasan dan HI Disnaker Badung)

INFORMASINYA :
1. Jaminan Hari Tua (JHT) dan Dana Pensiun Karyawan adalah 2 hal yang berbeda. Menurut beliau, JHT itu BUKAN merupakan Dana Pensiun. Alasan pertama : Saldo JHT itu bisa saja disebabkan oleh pembayaran oleh beberapa perusahaan bila si karyawan berpindah pindah tempat kerja. Jadi bukan hak milik perusahaan terakhir di mana si karyawan pension. Alasan Kedua : ada bagian dari JHT yang erupakan hak karyawan. Karena karyawan juga membayar 2% dari gaji yang dilaporkan. Alasan Ketiga : aturan UU Dana Pensiun –kata beliau—tidak mencantumkan JHT Jamsostek sebagai bagian dari dana pension karyawan --- saya perlu pelajari lagi ---- lihat di attach
2. Bahkan Jaminan Kematian Karyawan (JKM) juga BUKAN merupakan bagian dari Santunan Kematian sebagaimana diatur dalam pasal 166 UU no 13. Wah, gila banget deh… Jadi kalau ada karyawan meninggal, maka karyawan mendapatkan 2 hal. Yakni pertama santunan kematian dari Jamsostek. Dan kedua perusahaan juga harus membayar Santunan kematian berdasarkan pasal 166 UU no 13 – tidak boleh dicampur / digabung antara dana dari Jaminan Kematian Jamsostek dan dana santunan kematian dari perusahaan…

Karena hal ini lumayan memberatkan dari sisi perusahaan, saya sudah meminta Jamsostek membuat sosialisasi. Semoga bisa dilaksanakan secepatnya.

Sekian dulu informasi dari saya

Salam
Gunawan

Read More..

Monday, July 11, 2011

FRONT OFFICE SEQUENCE OF SERVICES

1.     HANDLING RESERVATION
Room availability
Alternative of room type when room required is not available
Overall hotel information and facilities
Length of stay
Transportation arrangement
Payment instruction
Guest profile
Special request
Confirming reservation
Filing system /data entry

·        PRE ARRIVAL
INDIVIDUAL RESERVATION
Greetings : “Good morning / afternoon / evening / Reservation,  Edo speaking,  may I help you ?”

Room Availability : “Our rooms are available for the period of ….., may I know what dates do you require the room?”

Alternative of room type when room required not  available : “ I am sorry to inform you that our standard room is not available on your desired date….”

…. Would you care for alternative dates or higher room type ?”

Overall hotel information and facilities : “Our hotel is located in the center of Kuta area, 15 minutes from the Airport. We have olympic size swimming pool and live music at the bar every evening”

Length of Stay : “How long will you be staying with us ?”
Transportation arrangement : “Do you need airport transfer to be arranged ?”

Payment instruction : “How would you settle your room reservation ?”

Guest profile : “Would you please spell your complete name ?”

Special request : “Do you have any special request pertaining your room requirement ?”

Confirming reservation : “We confirm your reservation for # rooms from … till…. under the name of …….. for further assistance you may contact me directly at the hotel number ext……”  

Reservation Details Data Entry

GROUP RESERVATION
Mode of Arrival ( Staggered / one time arrival )
Check in time policy
Group itinerary
Hospitality Desk
Bed type / room type guarantee
Payment Instruction
Room facilities ( complete set up / minimum standard )
Transportation Arrangement
Person In Charge (both the hotel and the group)
Group Details

AIRPORT DISPATCHER /
AIRPORT GUEST RELATIONS OFFICER
Paging board
Flight details
Vehicles requested
Communication tools with the hotel
“Good morning / afternoon / evening, Mr/Mrs….. welcome to……. I am Edo, airport representative of hotel……”

Luggage collection : “Please kindly check your luggage before departing to the hotel”

Fond of farewell : “Have a pleasant stay with.. (hotel’s name

·        ON ARRIVAL
VALET SERVICE
Valet Card
Remind guest of valuable items left in the vehicle

LUGGAGE HANDLING
Luggage tag
Confirming total luggage
Put clear identification on luggage tag


2.     FRONT DESK
PREPARATION OF NECESSARY TOOLS
Pen, stapler, telephone, HT, EDC machine, registration form, etc.

LIST OF ARRIVAL OF THE DAY
VIP, groups, etc.

ROOM ASSIGNMENT
Connecting rooms, double bed, etc.

ROOM AVAILABILITY FOR WALK-INS

SPECIAL REQUEST : extra bed, etc

·        FRONT DESK : CHECK – IN
WARM GREETINGS UPON GUEST ARRIVAL
“Good morning / afternoon / evening, welcome to ..( hotel’s name )”

RECONFIRMING RESERVATION DETAILS
“Your reservation is one standard room from …. till….. May I have copy of your voucher please ?”

ROOM REQUIRED NOT AVAILABLE
“Mr/Mrs…. I am very sorry to inform you that, the room as required is not available. We will find alternative room for you”

REGISTRATION PROCESS
“May I have your passport please ?”
“Please fill out the registration form and kindly put your signature”

DEPOSIT PAYMENT
“How would you settle your payment ?”

KEY CARD, VOUCHER, MESSAGE, HOTEL FACILITIES INFORMATION
DATA ENTRY
CHECK IN PROCESS IN THE SYSTEM

·        CONCIERGE : CHECK – IN
ESCORTING GUEST TO ROOM
“Good morning / afternoon /evening, Mr/Mrs… I am Edo, I will escort you to your room”

EXPLAINING HOTEL FACILITIES
“Our swimming pool is open from 7am till 7pm”
“The restaurant is just next to the swimming pool”

ARRIVING AT THE GUEST ROOM
“Here is your room Mr/Mrs….”

EXPLAINING ROOM FACILITIES
“Safe deposit box is inside the wardrobe. You may use it with your own pin code”
“Bottle opener is installed on the bathroom wall”
“Umbrella is provided in case of rain. You can find it in the wardrobe”“Minibar is replenished on daily basis for items consumed”

EMERGENCY EXIT PROCEDURE
“Emergency exit is on your right after you walk out of your room”  

·        CONCIERGE : CHECK – OUT
LUGGAGE DOWN PROCESS
“Good morning / afternoon / evening, Mr/Mrs….
May I assist you with your luggage ?”

“Kindly ensure there is nothing left behind”

“How was your stay with us ?”


·        FRONT DESK : CHECK – OUT
WARM GREETINGS UPON GUEST DEPARTURE
“Good morning / afternoon / evening, Mr/Mrs…. How was your stay with us?”

COMMUNICATING WITH HOUSEKEEPING
“Room #... Check out.”

ADDITIONAL CHARGE
“Do you have any additional consumption on the minibar ?”
GUEST INVOICE
“Please kindly check your folio. We post additional room charge for room usage until 8pm as previously explained to you”

SUPPORTING BILLS
“Do you need all the supporting bills of your folio ?”
GUEST DISPUTE
“Let me communicate it with related department. Would you mind waiting for few minutes ?”

LOST  & FOUND ITEM IN GUEST ROOM
“Our housekeeping found some items left in your room.”

BILLING SETTLEMENT
“How would you settle your folio ?”
GUEST COMMENTS
“Please kindly fill out the guest comment. Your valuable input is highly appreciated”

TRANSPORTATION ARRANGEMENT
“Do you need taxi to be arranged ?”

ADVANCE BOOKING FOR FUTURE ARRIVAL
“May I assist you to make advance booking for your next visit to our hotel ?” 

THANK THE GUEST 

by: Edo Rahartadi (FOM Grand Istana Rama Hotel)

Read More..

Berapa Gaji yang "Harus" Saya Minta?

Bagian yang paling merepotkan dalam proses wawancara kerja adalah menjawab pertanyaan mengenai gaji yang diminta. Banyak orang merasa "serba salah", menyebut angka yang terlalu rendah takut dianggap kualitas juga rendah, menyebut angka terlalu tinggi, khawatir perusahaan tidak mampu membayar sehingga menyebabkan yang bersangkutan tidak jadi diterima.

Saran yang sering terdengar, sebutlah angka yang standar. Ini juga tak kalah ribetnya: yang standar itu seberapa? Belum lagi kesan yang muncul bahwa orang yang menjawab sesuai standar berarti tidak memahami keunggulan dirinya.

Bukan Tabu

Saat ini, negosiasi mengenai gaji tidak lagi dipandang tabu oleh sebagian besar perusahaan, namun Anda diharapkan mengumpulkan informasi dulu agar dapat bernegosiasi dengan baik. Lakukan survei terlebih dahulu, sampai sejauh yang bisa Anda lakukan.

Survei

Cek ke teman atau teman dari teman yang mempunyai pekerjaan sejenis di perusahaan yang sejenis. Apabila Anda tidak bisa memperoleh data yang diinginkan, carilah informasi mengenai gaji dari pekerjaan lain yang satu level dalam tingkatan korporasinya, tapi di perusahaan sejenis, atau pekerjaan sejenis di perusahaan yang berbeda jenis atau skala.

Tiga Faktor

Perlu diingat, pekerjaan sejenis di perusahaan sejenis juga belum tentu mewakili nilai (gaji) yang sama. Gaji ditentukan oleh 3 faktor: harga pekerjaannya, harga orang yang memegang jabatan atau pekerjaan tersebut, dan harga pasar. Cari tahu juga, apakah gaji tersebut merupakan harga pekerjaannya sendiri atau harga pemegang jabatannya.

Tentukan BATNA Anda

Apa itu? Best Alternative to a Negotiated Agreement. Caranya:

Pertama, cek diri sendiri, apakah Anda pindah karena gaji, karir, ketenangan kerja, stabilitas atau hal lain. Kalau Anda pindah bukan karena alasan gaji, maka gaji tidak perlu terlalu difokuskan dalam negosiasi, yang berarti permintaan bisa berkisar dari 0-10% dari gaji sekarang. Seandainya gaji menjadi faktor penting buat Anda dan menjadi motif Anda pindah kerja, maka Anda perlu kombinasi antara peningkatan 10%-25% dari gaji sekarang dengan hasil survei Anda. Seandainya hasil survei Anda menemukan bahwa standar di luar sana jauh lebih besar, katakanlah 50% dari gaji Anda, bukan berarti Anda bisa langsung mengajukan angka. Dan, hasil survei yang lebih bisa dipakai adalah harga pekerjaan, bukan harga pemegang jabatannya.

Persepsi Perusahaan

Kedua, ingat selalu: persepsi perusahaan mengenai tingkat kemampuan Anda antara lain ditentukan oleh seberapa tinggi gaji Anda sekarang. Jadi, mereka bisa saja melihat Anda sebagai seseorang yang sedang mencari "peruntungan" dengan meminta gaji lebih tinggi. Efektifnya adalah "win-win": Anda bisa menentukan nilai tengah dari jangkauan 10%-50% (sekitar 30%-35%). Dan, inilah cara Anda menentukan BATNA: tentukan harga yang hendak Anda minta, tentukan bottom-line Anda apabila terjadi negosiasi, dan stick to it. Artinya, Anda bisa dengan percaya diri meminta, dan berani walk away apabila tidak sesuai dengan permitaan Anda.

Tips Lanjutan (1)

Jadi, "Berapa gaji yang Anda minta?" Rahasianya bukan pada angkanya, tapi kalimat yang membungkus permintaan Anda tersebut. Misalnya, "Saya akan sangat senang apabila memperoleh gaji Rp..., tapi Bapak/Ibu tentu sudah melihat CV saya dan mempunyai gambaran sendiri mengenai nilai yang bisa saya kontribusikan ke perusahaan ini, dan tentunya Bapak/Ibu yang tahu bagaimana kemampuan dan harapan saya bisa cocok dengan standar perusahaan ini, jadi saya akan sangat senang apabila bisa mendengar juga dari Bapak/Ibu, kira-kira berapa yang ditawarkan kepada saya."

Tips Lanjutan (2)

Apabila pertanyaan tentang gaji ini muncul terlalu awal, ada baiknya Anda tidak langsung menjawab. Kalau ini terjadi, Anda justru mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menunjukkan citra profesional Anda! Katakanlah, misalnya, "Apabila Bapak/Ibu tidak berkeberatan, saya ingin tahu lebih jauh dulu tentang peran dan tanggung jawab pekerjaan saya sebelum menjawab pertanyaan ini. Saya belum mendapat atau merasakan gambaran utuhnya."

Kesimpulan

Jadi: lakukan survei, tentukan BATNA, bungkus permintaan Anda dengan citra yang baik, dan ungkapkan pada saat yang tepat!
sumber: Portal HR

Read More..

Pindah Tanpa Gegabah

Tahun baru, segepok resolusi. Ada yang berharap, tahun ini harus dapat promosi. Ada yang "sekedar" memimpikan kenaikan gaji. Namun, tak sedikit juga yang bertekad untuk pindah kerja! Boleh-boleh saja. Lebih-lebih, bagi yang merasa sudah "mentok" di perusahaan mereka yang sekarang, pindah ke perusahaan lain barangkali bisa menjadi awal untuk meningkatkan karier sesuai cita-cita.

Namun, jangan lupa, pindah kerja juga ada etikanya. Konon, watak sejati seorang pekerja atau profesional tidak hanya bisa dilihat dari perilakunya ketika datang pertama kali ke sebuah kantor untuk melamar pekerjaan. Melainkan, juga bisa dilihat bagaimana yang bersangkutan ketika mau resign. Seorang karyawan yang memiliki integritas akan mengundurkan diri dengan cara sebaik-baiknya. Ibarat kata, datang tampak muka, pergi tampak punggung.


Gegabah

Hal-hal paling mendasar yang perlu diperhatikan oleh seorang karyawan ketika hendak mengundurkan diri mungkin sudah sering Anda dengar atau baca. Misalnya, mengajukan surat pengunduran diri dengan sopan minimal sebulan sebelum tanggal keluar; mengembalikan barang-barang milik kantor dalam keadaan baik; mendatangi teman-teman untuk pamitan; melunasi utang-utang uang maupun pekerjaan sampai tuntas; mengucapkan terimakasih dengan hangat.

Semuanya itu begitu sederhana, namun pada kenyataannya tak sesederhana itu ketika tiba saat untuk mempraktikkannya. Yang banyak terjadi justru kebalikannya, orang cenderung memperlihatkan sikap yang tinggi hati begitu mendapat pekerjaan baru, sehingga kemudian meninggalkan kantor lama dengan gegabah. Misalnya, berjalan keluar dari kantor pada hari terakhir dengan dada membusung kepala mendongak dan membanting pintu; pamit dengan teman kantor dan atasan dianggap tak seberapa perlu; utang pekerjaan tidak dituntaskan, juga tidak dititipkan --apalagi utang duit. Bahkan, ada yang mencuri barang properti kantor yang serasa sudah jadi milik sendiri.

Ada juga orang yang pada hari-hari terakhirnya ogah-ogahan bekerja sambil terus saja gembar-gembor sana-sini bahwa ia mendapat gaji 5 kali lipat di tempat baru. Atau, mengambil cuti beberapa minggu sebelum pindah, padahal dia sudah masuk kantor baru --semua itu cuma akal-akalan supaya dia masih dapat gaji dan uang transportasi dari perusahaan yang akan ditinggalkannya. Ironisnya, dia menunggu semua itu sambil menjelek-njelekkan bosnya dengan pikiran, ah sebentar lagi mau pindah ini, nggak bakal ketemu lagi ini!

Dunia Sempit

Satu hal yang perlu diingat oleh orang yang hendak resign, jangan congkak dan tinggi hati. Dunia ini sempit. Jangan meninggalkan permusuhan dengan bos maupun rekan sekerja di kantor lama. Bukan hal yang mustahil bahwa suatu saat kelak, kita akan bertemu lagi dengan mereka, sebagai bos ataupun teman sekerja. Di samping itu, kita juga mungkin suatu saat masih membutuhkan bantuan mereka, misalnya meminta surat rekomendasi untuk melamar kerja di tempat yang lain lagi, atau untuk mengajukan beasiswa. Beranikah kita datang ke kantor lama menghadap bekas bos --dan bertemu lagi dengan teman-teman lama-- yang sudah kita jelek-jelekkan?

Sekali lagi, dunia sempit. Reputasi seseorang bisa menyebar dengan luas di luar dugaan. Seorang karyawan yang keluar dari satu perusahaan dan pindah ke perusahaan lain dengan baik-baik niscaya reputasi profesionalnya akan terus terjaga dan sampai ke telinga calon bos-bos atau calon teman-teman baru.

Seorang supervisor yang biasa menginterview calon karyawan bersama pimpinan HRD di perusahananya menceritakan pengalamannya. "Setiap mendengar calon karyawan menjelek-jelekkan bekas bos dan perusahaannya, kami saling berpandangan dan mengangkat alis, isyarat bahwa kami tidak akan menerima dia, betapa pun cemerlangnya hasil tes dia di tahap rekruitmen sebelumnya. Interview segera ditutup dan kami menginterview calon karyawan berikutnya."

sumber: Portal HR

Read More..

Melamar Kerja via Email

Banyak orang mungkin masih merasa lebih 'sreg' mengirimkan aplikasi lamaran pekerjaan melalui pos ketimbang email. Namun, di era yang sangat dinamis dan serba cepat ini, pihak perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan tak jarang justru meminta kandidat untuk mengirimkan resume-nya via email. Nah, jika memang demikian halnya, maka mau tak mau kita harus mengikutinya. Mengirimkan aplikasi melalui email memang sedikit berbeda dengan jika mengirimkannya lewat jasa pos. Ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan oleh kandidat, sebagai berikut:

1. Gunakanlah alamat email yang mudah singkat dan mudah diingat dan "resmi". Artinya, gunakanlah nama yang meyakinkan, jangan nickname yang aneh-aneh, misalnya justordinarygirl@..., negromanis@..., youngandcoolguyz@...Pakai saja nama Anda sendiri.

2. Kalau Anda tidak punya email official, usahakan jangan menggunakan email dari provider gratisan lokal yang umumnya lambat. Gunakan saja yahoo.com atau gmail.com yang lebih dikenal dan jelas bonafid.

3. Kirimkan berkas-berkas file dalam format .doc atau .rtf. Pastikan isinya lengkap, dari data diri hingga curriculum vitae, dan termasuk foto. Beri nama file tersebut dengan nama Anda.

4. Untuk file berupa foto, atau mungkin Anda merasa perlu juga melampirkan salinan contoh hasil karya dan sertifikat, pastikan ukurannya wajar, agar mudah dibuka.

5. Jika terpaksa mengirimkan gambar dalam jumlah banyak, satukan dalam format .zip dan berilah nama yang jelas.

6. Selain berkas-berkas yang sudah lengkap, jangan lupa beri surat pengantar yang berisi uraian singkat, mengapa Anda ingin bekerja di perusahaan tersebut. Ungkapkan seperlunya, jangan berlebihan dan tidak perlu memasukkan informasi-informasi yang tidak relevan.

sumber: Portal HR

Read More..

Timbang Masak-masak Sebelum Teken Kontrak

Bagi mereka yang baru lulus dari universitas, dunia kerja boleh jadi merupakan babak awal di mana hidup seolah-olah memasuki "dunia nyata". Oleh karenanya, sungguh penting bagi para lulusan yang sedang mendapatkan pekerjaan pertama untuk memperhatikan banyak hal sebelum menandatangani kontrak alias menerima pekerjaan itu.

Saran untuk membuat pertimbangan masak-masak sebelum meneken kontrak tentu tidak hanya berlaku bagi lulusan baru yang pertama kali memasuki dunia kerja. Bagi mereka yang mendapat tawaran kerja baru dari perusahaan lain, atau pindah ke tempat kerja baru untuk memulai karir yang baru, tetap penting untuk memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Pertimbangkan harapan-harapan yang realistik terhadap gaji. Jika ini kontrak kerja pertama Anda, maka sebaiknya Anda sudah punya gambaran mengenai gaji lulusan baru untuk industri yang bersangkutan, sehingga permintaan Anda sesuai proporsi. Jika kasusnya adalah Anda sedang pindah kerja untuk memulai karir baru, jangan serta-merta berasumsi bahwa Anda "berhak" atas gaji yang berlipat-lipat. Kembalikan ke tujuan utama Anda pindah kerja, di samping juga pertimbangkan kondisi perusahaan

2. Perhatikan paket(-pake) benefit yang ditawarkan. Ingat bahwa gaji Anda hanyalah salah satu komponen dari sebuah paket yang disediakan perusahaan. Jangan sungkan untuk menanyakan, apa saja benefit lain yang ditawarkan, dan bandingkan lebih baik mana dengan yang Anda terima di perusahaan sebelumnya.

3. Ingatlah sejak awal bahwa kepuasan kerja merupakan sesuatu yang lebih penting dibandingkan dengan berapa rupiah yang bisa Anda bawa pulang. Ini sering dilupakan oleh para pencari kerja pertama maupun mereka yang pindah kerja. Berapa pun gaji dan bonus yang Anda terima, kalau Anda membenci pekerjaan Anda, maka Anda tidak akan bahagia.

4. Ambilah keputusan berdasarkan situasi dan kondisi yang "nyata", dan bukan berdasar "bagaimana seandainya". Jangan khawatir apa yang akan terjadi jika semua itu menuntur ke jalan sukses bagi pekerjaan baru Anda. Yang penting, apa yang bisa Anda lakukan sekarang.

5. Ingatlah bahwa mencari pekerjaan adalah (bagian dari) keseluruhan pekerjaan itu sendiri. Jika Anda sedang ingin melakukan perubahan, Anda perlu sebuah pendekatan yang melihat perubahan itu seperti sebuah proyek pekerjaan. Rencanakan segala sesuatunya agar berjalan sesuai keinginan.

Read More..

Tips Memilih Perusahaan Outsourcing

Charles T. Fote mengatakan, “Kiat berhemat adalah jangan mengerjakan semua sendiri.” Timbulnya outsourcing biasanya didasari oleh pertimbangan efisiensi. Selain itu ada jenis pekerjaan spesifik yang memerlukan penanganan khusus oleh keahlian tertentu.

Definisi outsourcing berdasarkan semangat Keppres 18/2000, pasal 6 & 28 adalah: suatu pola pengadaan yang mengalihkan sebagian kegiatan pengadaan barang/jasa kepada penyedia barang/jasa yang mempunyai keahlian di bidangnya yang mencakup layanan kegiatan operasi, rencana kebutuhan barang, proses pembelian, proses kepabeanan, pengelola inventori, sistem suplai dan distribusi.

Alasan dilakukannya outsourcing biasanya:

1. Agar perusahaan bisa fokus pada core business

2. Perampingan organisasi

3. Peningkatan produktivitas

4. Pekerjaan musiman

Kapan outsourcing dibutuhkan:

- Ketika cara kerja yang selama ini sudah tidak efisien

- Operation cost yang tinggi

- Secara kualitas kemampuan kurang bersaing

- Daya kompetisi rendah

Tips memilih perusahaan outsourcing seperti disampaikan Drs. Hasanuddin Rachman, Ketua Umum DPN Apindo dalam acara seminar Outsourcing and Human Resources Management yang diadakan CHRP Atmajaya Kamis (23/6/2011) adalah:

1. Pilihlah perusahaan outsourcing yang berbadan hukum

2. Perusahaan tersebut mempunyai skill yang dibutuhkan

3. Harus bonafide (contoh mampu membayar karyawan tepat waktu dan mempunyai cadangan perusahaan yang sehat)


sumber: portal HR

Read More..

BAD BOSS in the BAD Company

Oleh: Paulus Bambang WS
Bad Company dapat diidentikkan dengan perusahaan yang sedang dalam kondisi koma, alias facing DEAD condition. Secara luar sudah kelihatan tanda-tanda bahwa koma itu akan membawa ke kematian atau mujizat ketika terjadi kesembuhan untuk membawa ke kesempatan kedua. Tanda-tanda DEAD itu antara lain :

Declining Market Share (Pangsa pasar yang semakin mengecil), secara absolut kelihatan peningatkan penjualan tapi semakin lama pangsanya semakin tergerus dan menjadi pemain cadangan yang tidak diperhatikan oleh pesaing.

Eroding Margin (keuntungan yang semakin mengerus), persaingan telah menghabiskan daya untung menjadi sekedar hidup dan terjual. Laba kotor sudah menjadi merginal dan bisa hidup bertahan karena tak mampu bersaing dengan teknologi, produk dan jasa yang ada sekarang ini.

Assets Depreciation (Penurunan nilai harta secara signifikan), kerugian yang menumpuk dan persediaan yang tak mampu dijual membuat nilai assets menjadi semakin kecil. Banyak barang tapi tak berharga. Nilai buku tidak mencerminkan nilai perusahaan.

Delisting alias menuju kebangkrutan atau Chapter 11 yang membutuhkan pertolongan secara intensif di Intensive Care Unit. Sudah tak mampu membayar kewajiban yang jatuh tempo baik kewajiban pada pelanggan apalagi pada karyawan.

Dalam kondisi BAD tersebut, boss yang berperilaku BAD akan membuat serangkaian gerakan bukan untuk menyelamatan perusahaan tapi menyelamatan diri sendiri agar tidak ikut terpuruk dan terkena dampaknya. Pikirannya hanya untuk self ego, bukan untuk karyawan apalagi stake holders dalam arti yang lebih luas. Banyak BAD Boss akan menggunakan kesempatan itu untuk melakukan gerakan yang tidak mungkin ia lakukan ketika perusahaan dalam kondisi GOOD misalnya :


  1. Melakukan pemotongan karyawan dalam batas yang tidak wajar karena tujuannya untuk mengamputasi karyawan yang dianggap melawan, menantang dan berperangai buruk terhadap dirinya walaupun sebenarnya karyawan itu berprestasi baik untuk perusahaannya. Penghapusan oposisi dilakukan secara serta-merta atas nama penghematan.
  2. Melakukan pemotongan kesejahteraan secara semena-mena dengan dalih penyelamatan perusahaan. Seluruh program kebijakan kompensasi di review tanpa melihat dampak buat WONG dan WANG karyawan. Fokusnya hanya satu, menyelamatkan diri dan perusahaannya tanpa melihat apakah moral karyawan akan rusak karena tindakannya.
  3. Melakukan pemotongan hutang dan menunda pembayaran ke pihak pemasok serta mengurangi janji yang diberikan kepada pelanggan hanya untuk mempertahankan kemampuan perusahaan sendiri tanpa pernah berpikir kemampuan perusahaan lain.
  4. Menekan semua karyawan dengan budaya intimidasi walau dilakukan secara halus untuk menekan karayawn tetap bertugas dengan lebih giat dengan imbalan seadanya. Apalagi dalam suasana krisis, banyak karyawan yang tak mempunyai alternatif bekerja diluar.

Akhirnya, semua merasa kehilangan rasa WONG apalagi WANG, yang tersisa hanyalah apatisme, ketakutan dan luka bathin yang ketika dimungkinkan akan meledak menjadi prahara menuju ke kematian yang sesungguhnya.

Dalam bahasa saya, BAD Boss in the BAD Company, akan memunculkan karakter penjajah yang sangat mengerikan. Ketidakmampuan sang BOSS membawa perusahaan menjadi baik, terhormat, memiliki prospek masa depan cerah serta mampu bersaing diluar akan ditumpahkan kepada karyawan di dalam yang tidak mampu melawan. Boss akan semakin garang dan galak di dalam ketika ia merasa kalah di luar. Boss akan semakin menekan di dalam ketika ia selalu mendapat tekanan dari luar entah dari pemasok, pelanggan atau pemegang saham.

Ketika Bad Company menjadi semakin kristis, maka BAD BOSS akan berusaha membuat karyawan di dalam semakin merasa dalam penekanan (atau bahasa saya penjajahan) dengan asumsi penghematan di dalam mampu menyelamatakan perusahaan yang tak mampu bersaing diluar. Ini semakin memperkeras aspek penjajahan.

Kalau penjajahan itu merasuki gaya kepemimpinan, maka karakter ini sudah mengubah suasana perusahaan menjadi suasana dalam rumah tangganya. Situasi kerja menjadi tidak menyenangkan. Karyawan yang dipersepsikan sebagai budak, menjadi bekerja hanya sekadar memenuhi target harian. Budak adalah unsur produksi yang memiliki napas hidup, tidak memiliki hati seperti yang dimilikinya.

Beberapa hal yang akan dirasakan oleh karyawan yang diperlukan seperti budak, yang artinya No Value dan No Rights - oleh pemimpin berhati penjajah adalah :

  • Memandang sumber daya manusia (Human Resources atau Human Capital) sebagai Resources atau DAYA saja. Karyawan dilihat dari apa yang dapat dikontribusikan kepada perusahaan. Kalau tidak menghasilkan maka dengan mudah dipecat tanpa pesangon yang layak.
  • Karena hanya dianggap sebagai daya, maka tak ubahnya mereka adalah budak tanpa nilai dan tanpa hak. Paradigmanya adalah perusahaan sudah mengeluarkan biaya untuk ia kembalikan dalam bentuk kontribusi rupiah juga
  • Menggangap karyawan tanpa hak inilah maka pemimpin dengan hati penjajah tidak mengenal istilah partisipatif. Gaya komandonya adalah satu arah. Ia harus didengar dan dituruti. Melanggar perintah berarti berontak.
  • Penghargaan atas kinerja hampir dikatakan tidak ada. Yang ada hanya imbalan minimal untuk sekadar hidup seadanya.
  • Konteks hubungan industrial menjadi tidak seimbang. Pemimpin berhati penjajah akan dengan mudah memecat dan mengangkat kembali tanpa norma yang dapat dipertanggung jawabkan
Penulis adalah author buku ‘Best Seller’: ‘Built to Bless’ dan buku terbaru ‘Lead to Bless Leader’ Kepemimpinan yang menjamin perusahaan SEJAHTERA dan karyawan BAHAGIA

Read More..

History of the Hospitality Industry

Overview
The history of the hospitality industry dates all the way back to the Colonial Period in the late 1700s. Things have changed quite a bit since then; the hospitality industry has experienced significant development over the years as it has faced World Wars, The Depression and various social changes. The industry as we know it today began to take form in the early 1950s and 60s, leading the way for growth into the dynamic industry we know today.

Goal
To understand the factors that influenced the development of the hospitality industry.

Objectives
  • At the end of this lesson students will be able to:
  • Define hospitality and describe its characteristics
  • Identify and describe the characteristics of various historical periods
  • Identify the multiple factors influencing the hospitality industry
  • Chronicle the developments in the hospitality industry (from early beginnings to present)
 Hospitality
  • From the French word “hospice”
  • to provide for the weary
  • take care of those traveling
Early Hospitality
  • Greek/Roman culture
  • Noted as early as 40 BC 
  • Social and religious purposes
  • Roman businessmen traveled
  • Romans were the first pleasure travelers
  • After fall of roman empire, public hospitality fell to religious orders

Medieval Period
  • English travelers
  • Inns were actually private homes
  • Nobility stayed in monasteries
  • Stagecoach became favored transportation

Renaissance Period (16 th Century)
  • High demand for inns and taverns
  • 1st hotel - Hotel de Henry IV 1788
  • built at cost of $17,500
  • 60 beds
  • Coffee houses

The New World (18th Century)
  • New York / New England - taverns
  • Pennsylvania - inns
  • Southern colonies - ordinaries
  • Eating and Sleeping Places

The French Revolution
Changed the course of culinary history
  • Escoffier
brigade system
  • M. Boulanger
“ father of modern restaurant”
called soup he sold “restorantes”
  • Revolution caused some of the chefs to come to the New World

Nineteenth Century
  • 1898 Savoy Hotel opened in London
General Manager was Cesar Ritz
Chef was Auguste Escoffier
  • Delmonico’s in New York City
expensive
1827 - 1923
Bilingual menu

Twentieth Century Travel
  • After WWII, travel began
  • 1950’s - advent of cross-continental flights
  • 1958 - Trans-Atlantic flights
  • First motel in California
  • Resurgence of inner city lodging properties
  • Increased interest in cruises

Twentieth Century Restaurants
  • 1921 White Castle
  • 1927 Howard Johnsons
  • 1927 Marriott Hot Shoppe
  • 1965 TGI Friday’s
  • 1982 Chili’s

1960 to Today
  • Major growth in casual dining
  • Increase in the number of hotel chains
  • Mass tourism
  • Package travel
  • Baby Boomers
  • Living longer
  • Mergers and acquisitions

By Dr. Brian Miller
      University of Delaware

Read More..

Sunday, July 10, 2011

ATTITUDE TRAINING

5 Ketaatan
1. Melakukan perintah dengan segera
2. Melakukan perintah dengan gembira
3. Melakukan perintah semua yang diperintahkan
4. Melakukan perintah dengan tidak mengeluh
5. Melakukan perintah lebih dari yang diharapkan

5 Kunci Sikap Perhatian
1. Saya akan menatap mata orang yang berbicara kepada saya
2. Saya akan bertanya kalau tidak mengerti
3. Saya akan duduk, berdiri dengan tegak
4. Saya tidak akan mencari perhatian atau tidak menyela
5. Saya tidak akan melakukan hal lain saat memperhatikan orang yang berbicara / konsentrasi penuh

5 Kunci Kejujuran
1. Saya akan berkata benar
2. Saya akan mengakui kalau saya bersalah
3. Saya akan mendorong orang lain untuk menjaga kebenaran
4. Saya tidak akan menipu atau mencuri
5. Saya tidak akan berkata berlebihan untuk membuat sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya

source by: Andi Ananto (Resident Manager Grand Istana Rama Hotel)

Read More..

Trik Merebus Mie Instant yang Baik dan Benar

1. Rebus Air dalam Panci sampai mendidih
Yang pertama sudah pasti rebus air di panci

2. Masukin Mie Instan
Mienya harus di masukin kedalam air mendidih yang ada di panci, kalau belum mendidih jangan dimasukin dulu.

3. Aduk-aduk Mie Instan ± 1.1/2 menit
Setelah mie di masukin ke dalam panci, mie harus di aduk-aduk terus ± 1,5 menit, hal ini supaya bahan-bahan zat kimia yang berbahaya di dalam mie instan rontok misalnya Lilin, Zat Pewarna, Zat pengawet dan ratusan lagi zat-zat kimia lain yang berbahaya bagi tubuh kita.

4. Buang air rebusan mie yang pertama
Coba perhatikan air hasil ngerebus mie tsb, kuning dan butek banget, itu adalah bahan-bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalam mie.

5. Masukin lagi ke dalam air dingin dan di rebus lagi untuk yang kedua
Setelah itu mie dimasukan lagi kedalam panci untuk di rebus yang kedua kalinya, harus dengan air bersih ya.... terus jangan lupa di aduk-aduk lagi ± 1,5 menit yang kedua, biar bahan kimianya makin rontok

6. Angkat dan Mie Siap di Hidangkan
kalo udah n kalo mienya adalah mie Goreng langsung bisa di angkat untuk di hidangkan , tapi kalo mie rebus/kuah airnya bisa di buang lagi dan  bisa ganti pake air termos yang panas.
jangan lupa kasih sayuran atau lauk lainnya biar makin mantap...dan jangan lupa Berdoa.

Read More..

Friday, July 8, 2011

Meng-Update 9 Skill Manajemen HR

Ketika mewawancarai calon karyawan, seorang staf HR harus mengikuti sejumlah prosedur baku untuk menguji kandidat tersebut. Antara lain dengan mencocokkan keahlian-keahlian yang dimiliki oleh kandidat berikut karakteristik personalnya dengan persyaratan yang dibutuhkan untuk posisi pekerjaan yang akan ditempatinya.
Ketika mewawancarai calon karyawan, seorang staf HR harus mengikuti sejumlah prosedur baku untuk menguji kandidat tersebut.
Menguji untuk mendapatkan orang yang paling tepat untuk mengisi jabatan tertentu hanyalah salah satu dari keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang profesional di departemen HR. Pada dasarnya ada 9 keterampilan yang harus selalu di-up date oleh orang HR agar senantiasa siap menjalankan peran dan fungsinya sebagai mitra strategis bagi bisnis dalam mengelola karyawan.

1. Organization
Manajemen HR memerlukan langkah-langkah pendekatan. Data-data yang rapi, kemampuan mengelola waktu dengan baik, efisiensi personal merupakan hal-hal yang mendasar dalam fungsi HR.
Sebagai pimpinan atau pun staf HR, Anda berurusan dengan kelangsungan hidup dan karir banyak orang. Ketika seorang manajer lini meminta data personal seorang karyawan atau meminta rekomendasi mengenai kompensasi yang sesuai dengan organsasi maupun industrinya, Anda tak bisa dengan enaknya mengatakan, "Tunggu ya, aku lihat dulu ada apa enggak."

2. Multitasking
Menjadi orang HR harus punya banyak "tangan". Pada menit ini Anda menghadapi karyawan yang sedang "curhat" tentang masalah pribadinya, menit berikutnya membereskan klaim biaya meeting yang diajukan karyawan lain, dan pada menit yang lain lagi memikirkan strategi rekrutmen yang tepat untuk situasi sekarang. Berbagai prioritas dan kebutuhan bisnis bergerak dan berubah dengan cepat. Klien A tidak mungkin menunggu dengan alasan bahwa Anda sedang sibuk dengan kolega B. Anda harus bisa meng-hadle semua.

3. Discretion and Business Ethics
Profesional HR adalah hari nurani perusahaan, di samping juga penjaga kerahasiaan informasi. Seiring Anda melayani top management, Anda juga harus memastikan bahwa karyawan juga tetap berhak memiliki privasi yang terjaga.

4. Dual Focus
Profesional HR harus mampu berdiri di tengah-tengah antara kepentingan dan kebutuhan karyawan dan manajemen. Ada saat ketika Anda harus mengabil keputusan untuk melindungi karyawan, dan pada saat yang lain Anda akan dihadapkan pada panggilan untuk melindungi organisasi, budaya dan nilai-nilainya. Dengan posisi ini, Anda akan mudah disalahpahami, dan kuncinya ada pada komunikasi.

5. Employee Trust
Karyawan berharap pada orang HR untuk membela kepentingan mereka, tapi Anda juga dituntut untuk mendukung setiap kebijakan dari top management. Dengan menyeimbangkan antara dua kutub yang sama-sama menarik tangan Anda itu, maka Anda akan mendapatkan kepercayaan.

6. Fairness
Komunikasi yang jelas, saluran aspirasi yang tersedia, adanya kesempatan bagi semua orang untuk mengemukakan pendapatnya, aturan yang ditegakkan dengan konsisten, mengembangkan sikap saling menghargai...itulah hal-hal yang harus dijaga untuk menciptakan suasana keterbukaan di kantor.

7. Dedication to Continuous Improvement
Profesional HR harus selalu siap membantu manajer mendampingi dan mengembangkan karyawan di lini masing-masing. Dengan begitu, kemajuan dan inovasi bisa berkelanjutan, dan jika perlu dibarengi dengan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan fungsi HR sendiri.

8. Strategic Orientation
Berpikir ke depan adalah bagian dari peran kepemimpinan dan strategi manajemen yang dimiliki orang HR. Mengisi kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja berkualitas, merancang skema penggajian yang baik, memberi pelatihan kepada karyawan untuk mendukung pertumbuhan bisnis merupakan perwujudan dari ungkapan yang sudah sering Anda katakan di mana-mana bahwa, "Karyawan adalah aset terpenting."

9. Team Orientation
Dalam dunia bisnis saat ini, tim adalah raja. Manajer HR harus senantiasa memahami dinamika tim yang ada, dan melakukan upaya untuk menjaga semangat kebersamaan dan membuat tim bekerja dengan baik.

Read More..

Mempromosikan Diri tanpa "Menjilat"

Banyak cara untuk mencari perhatian di tempat kerja, baik itu dari teman-teman satu tim maupun dari atasan. Siapa sih yang tak ingin kelihatan menonjol di mata orang lain. Lebih-lebih dalam konteks pekerjaan, "menonjol" bisa membantu mempercepat kemajuan karier. Namun, berhati-hatilah. Keinginan yang terlalu menggebu untuk terlihat paling menonjol di antara yang lain di kantor, salah-salah bisa membuat Anda "over-acting". Bila ini terjadi, bukannya simpati atau penilaian yang positif yang Anda dapatkan melainkan justru label buruk, misalnya Anda bisa dicap sebagai penjilat. Memangnya Anda mau mendapatkan penghargaan sebagai The Most Likely to Kiss Some Boss Butt?

Oleh karenanya sebelum Anda beraksi di tempat kerja, pastikan dulu Anda mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah Anda tipe karyawan yang sebenarnya tidak memiliki keterampilan yang jelas dalam bidang tertentu, namun pintar memanfaatkan situasi dan mencari celah untuk mempromosikan diri?

2. Apakah Anda suka membuatkan kopi untuk bos, sambil berusaha agar semua orang tahun bahwa Anda melakukannya?

3. Apakah Anda selalu merasa punya andil dan jasa atas kesuksesan orang lain, padahal kenyataannya tidak demikian, atau andil dan jasa Anda tidak sebesar yang Anda gembar-gemborkan?

4. Sebaliknya dari no.3, apakah Anda gemar mencari kesalahan orang lain untuk kegagalan pekerjaan Anda?

5. Apakah Anda punya kebiasaan mengulur-ulur waktu meeting dengan komentar-komentar panjang yang "nggak penting", sekedar untuk menunjukkan bahwa Anda ada di situ?

6. Apakah Anda suka menggosipkan teman-teman sekerja, dan menceritakan kekurangan mereka kepada atasan?

7. Apakah Anda orang terakhir yang meninggalkan kantor padahal sebenarnya tak ada alasan apapun bagi Anda untuk pulang belakangan?

Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut "tidak", maka Anda memang bukan seorang penjilat. Namun, jika Anda masih ragu-ragu atau bahkan diam-diam mulai mengakui bahwa semua itu adalah kebiasaan Anda sehari-hari selama ini, maka Anda sebenarnya bukanlah karyawan yang berdedikasi seperti yang Anda pikirkan.
Artinya, inilah saatnya bagi Anda untuk berubah, demi kesehatan karier Anda. Sebab, percayalah, di mana pun tak ada tempat bagi orang yang menempuh cara-cara yang bersifat menjilat dalam mengejar kemajuan karier di tempat kerja

Read More..
Template by : kendhin x-template.blogspot.com